Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Ibnul Mubarak rahimahullah pernah mengatakan,
رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية
“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena
sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil
(pahalanya) karena sebab niat.” (Al Ikhlas wan Niyyah).
Apakah Niat Itu?
Secara bahasa niat artinya القصدُ (keinginan atau tujuan), sedangkan
makna secara istilah niat adalah keinginan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan. Niat letaknya ada di dalam hati dan tidak dilafadzkan.
Fungsi Niat
Fungsi niat dalam amalan seorang hamba adalah,
1. Membedakan antara ibadah dengan rutinitas (membedakan tujuan suatu perbuatan).
Misalnya, seseorang membasahi seluruh badannya dengan niat untuk menyegarkan badan, kemudian ada seorang yang lain membasahi seluruh badannya dengan niat mandi junub. Maka, mandinya orang yang kedua bernilai ibadah sedangkan mandinya orang yang pertama hanya bernilai rutinitas.
Misalnya, seseorang membasahi seluruh badannya dengan niat untuk menyegarkan badan, kemudian ada seorang yang lain membasahi seluruh badannya dengan niat mandi junub. Maka, mandinya orang yang kedua bernilai ibadah sedangkan mandinya orang yang pertama hanya bernilai rutinitas.
2. Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain.
Misalnya, seseorang melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat sunnah, kemudian seorang yang lain melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat wajib. Maka amal kedua orang tersebut terbedakan karena sebab niatnya.
Misalnya, seseorang melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat sunnah, kemudian seorang yang lain melakukan shalat dua raka’at dengan niat untuk melakukan shalat wajib. Maka amal kedua orang tersebut terbedakan karena sebab niatnya.
Dengan demikian, fungsi niat adalah membedakan antara ibadah dengan
rutinitas dan membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lainnya.
Makna niat yang pertama yaitu membedakan tujuan suatu perbuatan, yang
membedakan apakah suatu ibadah semata-mata ikhlas karena Allah atau
karena yang lainnya.
Pahala Sesuai dengan Kadar Niatnya…
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا
نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ
إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا
يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ
إِلَيْهِ
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya
setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa
yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala
hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya,
maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim).
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah, hadits di atas menjelaskan
kepada kita bahwa sesungguhnya kita akan mendapatkan pahala sesuai
dengan kadar niat yang ada dalam hati kita. Semakin tinggi tingkat
ketulusan dan keikhlasan kita, semakin besar pula pula balasannya di
akhirat dan semakin tinggi pula martabat kita di sisi Allah Ta’ala.
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memberikan contoh kepada kita, bahwa siapa saja yang berhijrah
dengan tujuan mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan
mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa saja yang berhijrah
dengan tujuan untuk memperoleh dunia atau karena ingin menikahi seorang
wanita, maka dia pun akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang
dia niatkan.
Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah
Ta’ala, juga akan meneguhkan hati kita disaat ujian datang. Dan hati
kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha
dan do’a.
Oleh karena itu saudaraku, aku nasehatkan untuk diriku dan untukmu
agar senantiasa memperbaiki niat dari setiap perbuatan kita, karena
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).
Allah Ta’ala juga berfirman,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)
Lihatlah saudaraku, Allah tidaklah menyebutkan amal yang paling
banyak, akan tetapi Dia menyebutkan amal yang paling baik. Lalu, seperti
apakah amal yang paling baik itu?
Seorang ulama salaf, Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan ayat di atas tentang apa itu amal yang paling baik. Beliau mengatakan,
أخلصه وأصوبه. إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل
“Amal yang paling ikhlas dan paling benar. Sesungguhnya suatu amal
jika dia dikerjakan dengan ikhlas namun tidak benar maka amal tersebut
tidak diterima. Dan suatu amal jika dia dikerjakan dengan cara yang
benar namun tidak disertai dengan niat yang ikhlas maka amal tersebut
juga tidak diterima.”
Suatu amal tidak akan diterima hingga ia dikerjakan dengan hati yang
ikhlas dan dengan cara yang benar. Ikhlas adalah mengerjakan amal karena
Allah. Adapun dikerjakan dengan cara yang benar adalah apabila ia
sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku, sudah sepantasnya bagi kita untuk senantiasa memperbanyak
doa kepada Allah agar Dia menjadikan setiap amal kita ikhlas karena-Nya.
Karena Dia-lah Dzat yang memegang hati-hati kita, Dia-lah Dzat yang
membolak-balikkan hati kita. Hanya dengan pertolangan-Nya saja kita
mampu untuk ikhlas dalam setiap amal yang kita kerjakan.
Bahaya Jika Niat Tidak Tepat
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15)
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ
وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Huud: 15-16)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa amal ibadah yang
dikerjakan semata-mata karena mengharapkan dunia, amal ibadah tersebut
tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi pelakunya di akhirat, karena amal
tersebut akan hilang disebabkan karena niat yang tidak benar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“من كانت الدنيا همه فرق الله شمله”. و في لفظه, “أمره, و جعل فقره بين
عينيه, و لم يأته من الدنيا إلا ما كتب له, و من كانت الأخرة نيته جمع الله
له أمره و جعل غناه في قلبه و أتته الدنيا و هي راغمة”
“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran ada di
hadapannya, padahal ia tidak akan mendapatkan dunia kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuknya. Dan barangsiapa menjadikan akhirat
sebagai tujuannya, maka Allah akan menghimpun urusannya dan akan
menjadikan kekayaan (rasa cukup) di hatinya, dan dia akan melihat harta
dunia dalam keadaan rendah.” (HR. Ibnu Majah dinilai shahih oleh Syaikh
Al Albani dalam Ash Shahihah)
Penutup
Ingatlah, bahwa yang
terpenting bukanlah banyaknya amalan, akan tetapi yang terpenting adalah
amal manakah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas hanya mengharap
pahala dari Allah. Karena betapa banyak amalan yang terlihat kecil
tetapi memiliki keberkahan yang besar karena sebab niat yang ikhlas. Dan
betapa banyak amal yang besar menjadi sedikit manfaat dan keberkahannya
karena sebab niat yang salah. Sebagaimana perkataan Ibnul Mubarak rahimahullah,
“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab
niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya)
karena sebab niat.”
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjadikan setiap amal perbuatan kita ikhlas mengharap pahala dan ridha-Nya.
Taken from : muslimah.or.id